Minggu yang lalu tepatnya tanggal 5 februari kami bersama rombongan berangkat menuju kota gudeg, kami berangkat dalam satu rombongan bus besar berkapasitas 60 penumpang, perjalanan awal berjalan sangat lancar meskipun hujan rintik menyertai.
Jalanan dari Kota Jember tempat
kami start dalam kondisi baik, kami break di Tanggul untuk melaksanakan
shalat maghrib berjamaah, sepanjang jalan melalui kota mulai Lumajang
Probolinggo semua berjalan dengan baik dan kami berhenti sejenak di Kota
Nguling Kab. Pasuruan untuk mengangkut kawan kita asisten tour leader
kami. perjalanan terhambat di km 2 Jalan Raya Sedarum, setelah
sebelumnya bus berhenti di SPBU Sedarums perjalanan kembali tersendat di
jalan raya Ngopak karena dua hari sebelumnya banjir merendam kota kecil
Ngopak. Lanjut di jalan raya Pos Daendels wilayah Kota Pasuruan air
tampak menggenang disisi jalan akibat hujan deras intensitas tinggi.
Sampai Kota Bangil cuaca sedikit membaik ketika hujan reda namun hujan
turun lagi selepas km 5 dari Kota Bangil mengguyur seras sampai jalan
raya Kejapanan, hujan reda sampai Kota Mojosari lanjut ke Mojokerto.
Jombang diliputi awan kegelapan namun hujan tidak sampai turun. Berturut
Kertosono-Nganjuk-Caruban-Ngawi-Sragen-Solo dan berhenti sewaktu adzan
subuh berkumandang, kami istirahat shalat dan makan di rumah makan
Grafika Kalasan Jogyakarta. Setelah peserta rombongan dalam keadaan
segar bugar karena mandi dan perut terisi kami langsung menuju sasaran
utama P4TK matematika Jogyakarta, disini sebenarnya secara fisik peserta
pelatihan sudah teramat lelah, namun mereka memaksakan untuk terus ikut
pelatihan. appreciate to them.
Selama kurang lebih 8 jam
pelatihan plus satu jam istirahat shalat makan di tempat pelatihan. saya
pribadi mencari suasana lain, seperti biasa kopi pengganti susu kemasan
yang susah carinya disekitar lokasi pelatihan, setelah berputar putar
mampirlah saya di warung pojok penjual mie rebus dan mie goreng, dari
logatnya baru saya ketahui bahwa mereka berasal dari Jawa Barat yang
khas logat Sundanya. Saya kemudian menikmati suguhan susu coklat dan
secara tiba-tiba dihampiri seorang pemuda dengan logat khas Madura
bertanya saya dari mana.
Terjalin komunikasi yang akrab antara
saya pemuda yang menghampiri saya dan pemilik warung, sekalipun baru
ketemu dan tidak saling mengenal. Sejurus kemudian datang tour leader berdasar informasi yang saya berikan dan nimbrung ikut bercengkrama juga secara hangat, mungkin inilah dimensi yang subtil dan hangat bahwa warung adalah tempat mengekpresikan diri yang demokratis dan berdaulat.
Setelah
puas maka saya meneruskan keluar dari sekat-sekat kegiatan peserta
rombongan, saya berjalan kaki kurang lebih satu kilo untuk sekedar
mencari obat di apotik untuk tour leader yang sedang cantengen
jempol kaki kanannya. Saya nikmati betul suasana itu meskipun matahari
bersinar terang dan tak kalah teriknya, hingga tiba jadwal makan siang
kami kembali lagi ke warung pojok dan lagi komunikasi terjalin akrab
meskipun menu yang tersedia adalah sangat sederhana namun pengunjung bejibun, mungkin hemat penulis bahwa penjualnya sedikit bisa dipandang atau manis pisan euy,
tapi itu motif pengunjung pada umumnya sedang penulis hanya mencoba
menikmati apa yang ada. kembali ke peserta tour yang ternyata dengan
wajah sumringah keluar dari kelas pelatihan.
Nampak wajah
bahagia mereka merayakan dengan berfoto di lokasi sembari senyam senyum
dengan simpul yang penulis sebenarnya meraba-raba ini sedang stres atau entah apa yang terpikirkan oleh peserta.
Perjalanan
selanjutnya menuju Hotel Prayogo lama di Prawiorotaman yang menurut
juru tulisnya hanya berjarak 1 kilometer dari ikon Jogja Malioboro, yang
bermasalah adalah parkir bus dilahan yang sempit, keputusannya adalah
jalan kaki secara bersama dari hotel ke Malioboro yang jaraknya sekitar 3
kilometer wouw keren. Penulis sekali lagi mencoba menikmati tiduran di hotel sekedar meluruskan badan karena selama perjalanan tidak tidur.
Prawirotaman identik dengan turis berkantung cekak alias backpacker hotel bertarif murah tersedia sepanjang Jalan Prawirotaman, selanjutnya penulis kelenger dan tertidur pulas di kasur hotel yang empuk. keesokan hari setelah breakfast nasi goreng telur plus sambal dan juga krupuk, kami check out dan lanjut menuju the biggest budhist temple near from Jogja. Candi Borobudur semakin baik saja pelayanannya. Toiletnya bersih dan ada juga pengeringnya seperti hair dryer
otomatis menyala, tiket untuk kami yang dalam rangka studi wisata
berbeda dengan pengunjung biasa secara signifikan. Para pedagang
menghampiri kami dengan semangat juang agar laku dagangannya. Demikian
juga para pemilik warung mirip bakul pasar menawarkan makanan dan minuman.
Kami
berada di Borobudur selama kuarang lebih dua setengah jam, lanjut makan
siang di sebuah restoran dekat Borobudur dengan menu utama ayam bakar.
Perjalanan lanjut ke pusat oleh-oleh dekat Bandara Adi Sucipto, peserta
rombongan antusias sekali memborong oleh-oleh. ada bakpia geplak dan
aneka makanan ringan lainnya, 30 menit alokasi waktu.
Perjalanan lanjut ke Pusat Grosir Solo yang mana peserta mbecak secara kolektif menuju pasar Klewer, mereka getol memborong batik dan jajan khas Solo karena jatah makan sudah habis maka peserta dihimbau oleh tour leader agar makan di parkiran depan pusat grosir. Berbagai panganan
dijajakan mulai dari sate, bakso, pangsit mie, es degan, es dawet dan
aneka makanan lainnya. selanjutnya kami pulang menuju Jember setelah
kumandang adzan maghrib namun ada episode mencengangkan ketika melintas
antara Ngawi-Caruban, salah seorang peserta mengalami gangguan sesak
napas. penulis kebetulan berada di dekat peserta yang sesak napas
kemudian mengarahkan agar panitia perempuan segera memberikan bantuan .
keadaan semakin tegang karena peserta yang sesak nafas meminta agar bus
berhenti beruntung tempat pemberhentian adalah SPBU yang berdekatan
dengan apotik. Terjadi debat kusir selama proses pertolongan korban
antara kami peserta rombongan panitia sopir bus dan hampir melibatkan
amuk masa seandainya para pihak berdiri pada argumen masing masing,
namun badai pasti berlalu peserta yang mengalami sesak nafas pulih
setelah membuat tensi tinggi diantara kami dan diakhiri kata maaf karena
membuat panik suasana.
Akhirnya sayonara perjalanan
semakin singkat, sampai berjumpa pula di lain kesempatan, kami senang
bertemu dengan anda. Belanjalah dan kuras kantongmu sampai habis.