Tampilkan postingan dengan label budaya pop. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya pop. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 November 2022

Masyarakat Menonton

 


    Sebermula sebuah hiburan yang kemudian secara meyakinkan sukses untuk sekedar mengaduk-aduk perasaan penonton. Sekalipun berdasarkan kisah nyata, fiksi tetaplah bumbu yang menyegarkan dalam sebuah tontonan. Sekaligus betapa absurd masyarakat memandang status kelas, kelas menengah ditonton kelas pinggiran. Barangkali energi itulah yang tertangkap jamak masyarakat penonton ditengah kepenatan dan himpitan ekonomi. Maka sinetron sekalipun absurd adalah upaya pelarian dari kenyataan hidup sehari-hari.

    Dan gayungpun bersambut drama ala Indonesia malah lebih absurd. Para pengambil kebijakan ramai-ramai cuci tangan atas hal yang menjadi tupoksinya. Hipokrisi di segala lini, menegakkan hukum sambil bermain api. Akibatnya fatal mereka bagaikan badut.

    Memang ketika pertunjukkan membosankan dalam sebuah sirkus maka dimasukkanlah badut-badut supaya penonton mengalami relaksasi. Ini jamak di negeri nyiur melambai para badut bahkan cabul dan ekstase atas kecabulan.

    Masyarakat sudah jengah, akhirnya mereka menuju laut , hutan , gunung bahkan gurun sahara yang gersang sekedar melupakan kecabulan para badut. Anehnya mereka selalu lolos setiap kali pemilu setiap kali ada kompetisi. Jangan-jangan mereka mengelembungkan suara sendiri biar memangku kekuasaan lagi.

Rabu, 19 Oktober 2022

Citayam Fashion Week Dan Hal Hal Yang Tak Terselesaikan

    

    Cuma teringat bahwa bangsa ini keatas menjilat kesamping melotot kebawah menghina. Ini masih berkelindan dengan suntuknya perekonomian dengan sengkarut sembako,wabah PMK dan departemen pencahayaan.

 

Fenomena Citayam Fashion Week remaja SCBD di Dukuh Atas, Jakarta. Terlihat seorang remaja melenggok di atas zebra cross bak model di kawasan Dukuh Atas, Sabtu (23/7/2022). 

     Usia remaja identik dengan pencarian diri, entah tiruan atau inspirasi diri sendiri. Hal tersebut tidak lepas dari daya dukung industri mode. Kacamata , jaket , celana jeans dan hasil industri lainnya. Beririsan dengan kecepatan teknologi internet generasi ke empat plus.

    Ruang publik jadi ajang eksistensi diri bagi sebagian besar remaja ,  bisa dikatakan ratusan sampai ribuan berhimbur. Memenuhi area sepanjang kawasan bisnis ibukota Jakarta. Pegiatnya didominasi para remaja dari wilayah penyangga ibukota Jakarta.

    Alasan paling hype, sarana transportasi yang memadai dan habitat yang mendukung. Sambil menikmati suasana ramai pusat bisnis ibukota , mereka mempertunjukkan kebolehan sebagai peraga model dadakan.

    Jalan raya bisa jadi panggung seperti pelaksanaan Jember Fashion Carnival. Bahkan ikon dua gubernur Jakarta Anies Baswedan dan gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut serta merayakan hype Citayam Fashion Week , hasil inisiasi remaja penyangga ibukota Jakarta.

 

 

 

 

     

 

 

Selasa, 19 Oktober 2021

Kepakaran Youtuber dan Tantangan Generasi

life is beautiful 


 Sebenarnya relaksasi mencari ide dan inspirasi. Namun melebihi ekspektasi sehingga seperti sinergi yang buat saya itu nampak kebetulan saja semacam saat yang pas. 

Pagi itu secangkir kopi menemani beserta roti sisa kemarin. Dalam angan terpercik asa sekalipun lusa kemarinnya saya sudah berada diatas kuda jepang hampir seharian. Namun hasrat tak terbendung. Kebuntuan harus didobrak. Ia harus menemukan jalannya. Ya kuda jepang itu kupacu lagi.

Sinar mentari beranjak sedikit terik namun pepohonan sepanjang jalan mampu meredam panasnya matahari. Jalan yang berdebu saat kemarau menjadi teman maka mengaspalah aku. Ditunjang kuda jepang keluaran 2008 meluncur perlahan menyusuri tiap meter jalan.

Namun kuda ini harus aku kasih minum dulu supaya lancar jalannya. Pilihan ron 90 adalah yang paling ekonomis cukup 10 ribu saja. Maka sekali lagi kuda kupacu kecepatan moderat. Hampir satu jam lewat 30 menit aku sudah masuk kandang teman.

Sambutan yang hangat serta teh dan roti aku rasa cukup menanggulangi rasa seperti masuk angin diperut. Setelah obrolan ringan kami lanjut menuju sekolah ekonomi, maksudnya kampus ekonomi selatan rumah teman. 

Disana sudah disambut oleh para kreator tukang poto dan para talent beserta tukang riasnya. Perbincangan hangat dan akrab mengalir begitu saja bagai sungai dibawah kami. Yang istimewa bahasan kopi pangku dan pijat ekonomi plus yang membuat kami terpingkal-pingkal. Ini fenomena jaman yang mana strategi pemasaran adalah kunci.

Beranjak dari kampus saya pamit ke warkop tengah kota bertemu kolega lawas. Ngopi untuk kesekian kalinya dalam arti harfiah. Secara umum strategi punya peranan penting atas bertahannya kolega saya dibelantara kota. Sekali lagi harapan dan kekecewaan masih terbersit. Itulah hidup ia mengandung tantangan dan peluang sekaligus daya dorong.

Maka saya mengusulkan urunan kecil-kecilan dengan ide rintisan koperasi produksi. Ini seperti usang namun semangat kebersamaan tetap paling mutakhir dan tak tergantikan. Koperasi menjadi besar lewat uji waktu dan sejarah. Dan alhamdulillah kolega saya ini mengafirmasi gagasan saya. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengumpulkan kolega lainnya.

Perjalanan masih lanjut menuju komrad omar bakre, ya teman saya guru swasta yang saat sekarang sedang menjalani PPG. Nasib buruh pendidikan ini mirip kajian poskolonialisme "almost the same but quite , almost the same but not white ". Sulit menempatkan soalnya bukan buruh pada umumnya semacam buruh pabrik atau pekerja disektor negara /PNS.

Karena posisi yang mengambang inilah maka setiap isu apalagi kebijakan untuk menyejahterakan selalu penuh konflik. Perlu kajian khusus kenapa sekian puluh tahun masih seperti ini. Mereka bekerja namun dengan upah yang tidak layak dan tanpa jaminan sosial.

Setelah diskusi yang juga ngambang saya lanjut ke rumah teman yang lainnya dalam bahasanya terpaksa ndekan atau jadi dekan soalnya darurat. Seperti mengusahakan sesuatu sebagaimana mestinya teman saya ini malah menohok dengan jargon matinya kepakaran. 

Dalam otak pikiran saya quo vadis sekolah atau bahkan The End Of sekolah. Soalnya di era disrupsi informasi komunikasi sekaligus teknologi ditandai dengan kecepatan hipersonik. Maka ini adalah tanda-tanda jaman. Entah kenapa sangat ambisius " era matinya kepakaran ". Semua peran hampir diambil alih teknologi artificial inteligent atau kecerdasan buatan. Semacam telepon pintar , rumah pintar , televisi pintar bahkan orang pintar huahahaa. Yang terakhir ini sudah ada sejak jaman baheula. 

Bahwa generasi sekarang lebih melek teknologi maka segala perangkat aturan menyertainya. Maka yang tertinggi dalam penemuan umat manusia adalah etika/moral/akhlaq/keadaban. Inilah simbol tertinggi puncak puak peradaban. Tabik.

Selasa, 29 Mei 2012

Negasi Sebuah Perjuangan

    
    S
ebermula adalah kata, terjalin rangkaian kata menjadi kalimat. Berjilid-jilid menjadi aneka warna karya, kedaulatan ada ditangan penulis dan pembaca. Maka berbicaralah sang pujangga, ada kalanya hidup manusia diliputi kesenangan akan dunia. Juga sebaliknya kesedihan merundung kehidupan manusia. Sang bijak bestari berkata semua ada hikmahnya, karena hampir tidak ada ciptaanNya yang sia-sia. Kita manusia diberikan akal pikiran agar bisa mendekat kepadaNya. Maka manusia haruslah menggapainya dengan sultan (ilmu) untuk menjangkaunya.


    Masalah kontemporer hari ini adalah galau, hampir menghinggapi seluruh lapisan manusia, tua muda kaya miskin. Mengapa sebagai hamba yang beriman dan berilmu kita masih galau? Sumber yang utama adalah diri sendiri sebelum kita melihat keluar. Bertanyalah pada hatimu, berpikirlah sejernih mungkin. Maka akan kau dapati bahwa manusia adalah sarang kedhaifan serba ternoda salah dan lupa.

    Dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai kejernihan berpikir dan bertindak. Upaya yang berkesinambungan dan penuh pengabdian pada kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak terhenti pada kebijakan-kebijakan kata-kata tetapi implementasi. Wujud riil atas amanat rakyat menuju negeri gemah ripah lohjinawi toto tentrem kerto raharjo baldatun thayibatun ghafurur rahim. 

    Bahwa atas berkat Allah yang maha kuasa dan dengan dorongan cita-cita luhur maka dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Bangsa ini sudah lepas dari penjajahan tradisional namun masih terjebak kearah mana bangsa akan dibawah kalau masalah kemajemukan tak segera teratasi. Kalau hal ini benar maka para pemimpin sedang galau dan mereka masih bermimpi mewujudkan negara sejahtera. Padahal disudut sana bung Akbar sudah bosan mbecak di Jtv, ia memutuskan pindah saluran menjadi comic di stasiun nasional.


    Humor adalah soal selera namun keterlaluan jika pelaku humor adalah pengambil kebijakan tinggi, lha rakyatnya mau ketawa dengan cara apa?! Wong mereka sudah ngenes dengan persoalan sehari-hari. Memang benar kebahagiaan ada dihati bukan berupa materi, namun mau bahagia bagaimana kerja tak dapat. Sementara kaleng susu bertalu-talu laksana gendang nusantara memanggil-manggil anak nusantara jangan menyusu pada ibumu. Lha ini celaka namanya kedaulatan ibu direnggut paksa oleh sebuah kampanye internasional "Gantilah susu ibu dengan susu kaleng maka kau akan lebih sehat dan menaikkan gengsi daripada ibu dan bayi." Menyusui adalah kegiatan purba manusia sebelum bayi mengenal beras bahkan hari-hari ini dijejali produk yang katanya sanggup membawa si bayi berpikir cerdas nakal dan radikal, atau jangan-jangan awal teroris dari sini juga ya? Karena bayi telah lepas dari kasih sayang ibunya, dijadikan robot oleh kapitalisme mutakhir.

    Jangan-jangan cyborg juga sudah berkembang biak lantaran hari ini kita tak peduli lagi pada tradisi, semua serba instan. Perguruan tinggi instan, rumah sakit instan, bupati walikota presiden. Juga dalam pikiran nakal bahwa penguasa langit dan bumi jangan-jangan juga dijadikan instan oleh hambaNya. salam


Malang,290512
sekedarnya saja

Seratus Tahun Kesunyian Legiun Asing Dan Secangkir Kopi

Bowo seorang pemuda yang merasa lapar dan ingin makan. Bowo berjalan-jalan mencari tempat yang cocok untuk menutupi keinginannya tersebut. S...