Tampilkan postingan dengan label powerofplesir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label powerofplesir. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Februari 2012

Menikmati Kota Jogja ( Exegese )


Minggu yang lalu tepatnya tanggal 5 februari kami bersama rombongan berangkat menuju kota gudeg, kami berangkat dalam satu rombongan bus besar berkapasitas 60 penumpang, perjalanan awal berjalan sangat lancar meskipun hujan rintik menyertai.

Jalanan dari Kota Jember tempat kami start dalam kondisi baik, kami break di Tanggul untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah, sepanjang jalan melalui kota mulai Lumajang Probolinggo semua berjalan dengan baik dan kami berhenti sejenak di Kota Nguling Kab. Pasuruan untuk mengangkut kawan kita asisten tour leader kami. perjalanan terhambat di km 2 Jalan Raya Sedarum, setelah sebelumnya bus berhenti di SPBU Sedarums perjalanan kembali tersendat di jalan raya Ngopak karena dua hari sebelumnya banjir merendam kota kecil Ngopak. Lanjut di jalan raya Pos Daendels wilayah Kota Pasuruan air tampak menggenang disisi jalan akibat hujan deras intensitas tinggi.

Sampai Kota Bangil cuaca sedikit membaik ketika hujan reda namun hujan turun lagi selepas km 5 dari Kota Bangil mengguyur seras sampai jalan raya Kejapanan, hujan reda sampai Kota Mojosari lanjut ke Mojokerto. Jombang diliputi awan kegelapan namun hujan tidak sampai turun. Berturut Kertosono-Nganjuk-Caruban-Ngawi-Sragen-Solo dan berhenti sewaktu adzan subuh berkumandang, kami istirahat shalat dan makan di rumah makan Grafika Kalasan Jogyakarta. Setelah peserta rombongan dalam keadaan segar bugar karena mandi dan perut terisi kami langsung menuju sasaran utama P4TK matematika Jogyakarta, disini sebenarnya secara fisik peserta pelatihan sudah teramat lelah, namun mereka memaksakan untuk terus ikut pelatihan. appreciate to them.

Selama kurang lebih 8 jam pelatihan plus satu jam istirahat shalat makan di tempat pelatihan. saya pribadi mencari suasana lain, seperti biasa kopi pengganti susu kemasan yang susah carinya disekitar lokasi pelatihan, setelah berputar putar mampirlah saya di warung pojok penjual mie rebus dan mie goreng, dari logatnya baru saya ketahui bahwa mereka berasal dari Jawa Barat yang khas logat Sundanya. Saya kemudian menikmati suguhan susu coklat dan secara tiba-tiba dihampiri seorang pemuda dengan logat khas Madura bertanya saya dari mana.

Terjalin komunikasi yang akrab antara saya pemuda yang menghampiri saya dan pemilik warung, sekalipun baru ketemu dan tidak saling mengenal. Sejurus kemudian datang tour leader berdasar informasi yang saya berikan dan nimbrung ikut bercengkrama juga secara hangat, mungkin inilah dimensi yang subtil dan hangat bahwa warung adalah tempat mengekpresikan diri yang demokratis dan berdaulat.

Setelah puas maka saya meneruskan keluar dari sekat-sekat kegiatan peserta rombongan, saya berjalan kaki kurang lebih satu kilo untuk sekedar mencari obat di apotik untuk tour leader yang sedang cantengen jempol kaki kanannya. Saya nikmati betul suasana itu meskipun matahari bersinar terang dan tak kalah teriknya, hingga tiba jadwal makan siang kami kembali lagi ke warung pojok dan lagi komunikasi terjalin akrab meskipun menu yang tersedia adalah sangat sederhana namun pengunjung bejibun, mungkin hemat penulis bahwa penjualnya sedikit bisa dipandang atau manis pisan euy, tapi itu motif pengunjung pada umumnya sedang penulis hanya mencoba menikmati apa yang ada. kembali ke peserta tour yang ternyata dengan wajah sumringah keluar dari kelas pelatihan.

Nampak wajah bahagia mereka merayakan dengan berfoto di lokasi sembari senyam senyum dengan simpul yang penulis sebenarnya meraba-raba ini sedang stres atau entah apa yang terpikirkan oleh peserta.
Perjalanan selanjutnya menuju Hotel Prayogo lama di Prawiorotaman yang menurut juru tulisnya hanya berjarak 1 kilometer dari ikon Jogja Malioboro, yang bermasalah adalah parkir bus dilahan yang sempit, keputusannya adalah jalan kaki secara bersama dari hotel ke Malioboro yang jaraknya sekitar 3 kilometer wouw keren. Penulis sekali lagi mencoba menikmati tiduran di hotel sekedar meluruskan badan karena selama perjalanan tidak tidur.

Prawirotaman identik dengan turis berkantung cekak alias backpacker hotel bertarif murah tersedia sepanjang Jalan Prawirotaman, selanjutnya penulis kelenger dan tertidur pulas di kasur hotel yang empuk. keesokan hari setelah breakfast nasi goreng telur plus sambal dan juga krupuk, kami check out dan lanjut menuju the biggest budhist temple near from Jogja. Candi Borobudur semakin baik saja pelayanannya. Toiletnya bersih dan ada juga pengeringnya seperti hair dryer otomatis menyala, tiket untuk kami yang dalam rangka studi wisata berbeda dengan pengunjung biasa secara signifikan. Para pedagang menghampiri kami dengan semangat juang agar laku dagangannya. Demikian juga para pemilik warung mirip bakul pasar menawarkan makanan dan minuman.

Kami berada di Borobudur selama kuarang lebih dua setengah jam, lanjut makan siang di sebuah restoran dekat Borobudur dengan menu utama ayam bakar. Perjalanan lanjut ke pusat oleh-oleh dekat Bandara Adi Sucipto, peserta rombongan antusias sekali memborong oleh-oleh. ada bakpia geplak dan aneka makanan ringan lainnya, 30 menit alokasi waktu.

Perjalanan lanjut ke Pusat Grosir Solo yang mana peserta mbecak secara kolektif menuju pasar Klewer, mereka getol memborong batik dan jajan khas Solo karena jatah makan sudah habis maka peserta dihimbau oleh tour leader agar makan di parkiran depan pusat grosir. Berbagai panganan dijajakan mulai dari sate, bakso, pangsit mie, es degan, es dawet dan aneka makanan lainnya. selanjutnya kami pulang menuju Jember setelah kumandang adzan maghrib namun ada episode mencengangkan ketika melintas antara Ngawi-Caruban, salah seorang peserta mengalami gangguan sesak napas. penulis kebetulan berada di dekat peserta yang sesak napas kemudian mengarahkan agar panitia perempuan segera memberikan bantuan . keadaan semakin tegang karena peserta yang sesak nafas meminta agar bus berhenti beruntung tempat pemberhentian adalah SPBU yang berdekatan dengan apotik. Terjadi debat kusir selama proses pertolongan korban antara kami peserta rombongan panitia sopir bus dan hampir melibatkan amuk masa seandainya para pihak berdiri pada argumen masing masing, namun badai pasti berlalu peserta yang mengalami sesak nafas pulih setelah membuat tensi tinggi diantara kami dan diakhiri kata maaf karena membuat panik suasana.

Akhirnya sayonara perjalanan semakin singkat, sampai berjumpa pula di lain kesempatan, kami senang bertemu dengan anda. Belanjalah dan kuras kantongmu sampai habis.

Seratus Tahun Kesunyian Legiun Asing Dan Secangkir Kopi

Bowo seorang pemuda yang merasa lapar dan ingin makan. Bowo berjalan-jalan mencari tempat yang cocok untuk menutupi keinginannya tersebut. S...