Tampilkan postingan dengan label momentum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label momentum. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 November 2023

Sudut Pandang


 


 

 

    Suatu hari di daerah dekat ibu kota Propinsi Jawa timur, saya berkesempatan untuk mengikuti ujian berbasis komputer. Ujian ini sebagai salah satu tahapan untuk menjadi calon anggota penyelenggara pemilu tingkat kabupaten. Sebelumnya saya wajib membuat semacam makalah yang dikumpulkan menjelang ujian yang dimaksud. Berikut semacam makalah yang berhasil saya selesaikan. Selamat membaca.

 

 

 

Bagian 1

 

Saya Tony Herdianto lahir di kota Malang pada tanggal 28 Juni 1982. Saya mengenyam pendidikan formal SDN Arjosari 1 Malang mulai tahun 1988 sampai lulus tahun 1994. Lanjut SMP Negeri 16 Malang mulai 1994 sampai lulus 1997. Dan masuk SMA Negeri 7 Malang tahun 1997 dan lulus tahun 2000.

Saya tumbuh dari keluarga yang menganut sistem kekerabatan yang mengikuti garis bapak dan ibu. Sistem kekerabatan ini membuat saya tumbuh dan besar penuh limpahan kasih sayang. Masa kecil yang bahagia dan ketika dewasa saya merasakan betapa hangatnya sambutan dari keluarga bapak maupun ibu. Dan saya penuh afeksi memandang diri dan generasi yang lebih muda penerus bangsa maupun yang sebaya atau para orang tua. Secara umum saya tumbuh dewasa penuh dengan cinta kasih.

Saya memiliki hobi menanam baik tanaman hias maupun tanaman besar yang saya taruh di pot. Di samping itu sering saya meluangkan waktu sekedar melihat sawah maupun tegal untuk melepas penat. Kadang saya juga memancing ikan di sungai kecil belakang rumah saya. Saya juga memiliki minat untuk mengembangkan seni peran di desa saya. Hal ini masih sering saya pelajari baik lewat membaca buku, koran, artikel maupun internet.

Selepas SMA saya dan teman saya pernah menginisiasi Padepokan Seniman Zaman Edan. Saya sebagai anggota merangkap divisi propaganda dan agitasi. Yaitu suatu wadah untuk menampung ekspresi berkesenian teman-teman baik bekerja maupun yang menganggur. Sempat berjalan dan pentas salah satunya lewat seni teater. Seiring waktu para anggota harus berpikir rasional dan mereka berjalan direl masing masing. Jadi kegiatan berkesenian sementara beku.

Teman berdiskusi saya saudara Yohan Rianto seorang guru PPKN. Kami sering membincang soal ketimpangan sosial disamping klenik dan dunia perbukuan. Bahkan bahasan pop culture juga sering kami bincangkan. Yang kedua Priyo Aji seorang wirausahawan. Dari teman yang satu ini saya belajar seni bertahan untuk survive. Apapun dan dimanapun saya lihat optimisme dari teman Priyo ini. Dan selalu solusi atas masalah apapun hampir terselesaikan. Yang ketiga, Sapto seorang fotografer. Dari Sapto saya belajar bahwa usaha apapun harus dijalankan penuh keikhlasan dan dedikasi. Keuletan dan pergaulan yang luas akan membuka cakrawala kesadaran begitu kira-kira moto teman saya yang bernama Sapto.

Saya punya teman yang sampai sekarang masih mengais rejeki di metropolitan. Saat pertama bertemu orangnya selalu optimis punya logat yang khas Jawa Timur mataraman. Pernah jatuh bangun membangun kerajaan bisnis dan sembunyi lalu berlari dari kejaran kolektor yang datang meneror. Tapi optimisme itu akhirnya berbuah manis, dia tipe keras kepala dan selalu yakin hasil akan sepadan dengan usaha.

Dari sanalah angan saya meniru untuk menjadi pebisnis yang andal dengan semangat pantang menyerah. Dan untuk saya agar mengingat liyan yang kurang beruntung dengan jalan sedekah semampunya. Itu yang saya pelajari dari karakter teman saya keras kepala namun welas asih kepada liyan terutama yang benar-benar membutuhkan.

Saya optimis bisa menjaga diri dari tindakan korupsi,kolusi dan nepotisme. Saya 100% memiliki integritas sebab optimisme dalam mengambil sebuah tindakan. Bentuk paling kecil adalah saya menerima upah atas kerja yang saya selesaikan. Saya berjualan dan terjadi tawar menawar dan harga disepakati. Maka uang yang saya terima saya pastikan sesuai untuk saya dan untuk pembeli dagangan saya. Dari sini saya belajar integritas dimulai jujur dari diri sendiri.

 


 

Bagian 2

 

Tidak boleh ada pelanggaran dalam pemilu yang beroleh toleransi. Dan mereka yang melanggar harus dihukum supaya jera.

Sekecil apapun pelanggaran dalam pemilu, ia adalah celah untuk pelanggaran yang lain. Yang jamak terjadi kampanye diluar jadwal, kampanye terselubung dan kampanye yang membawa serta anak-anak. Dan beberapa waktu yang lalu lewat media sosial saya baca ada pembagian amplop disebuah rumah ibadah dan amplop tersebut bergambar orang dari partai tertentu. Padahal jelas rumah ibadah dilarang untuk kegiatan kampanye.

Alhamdulillah sampai saat sekarang dan semoga seterusnya saya tidak pernah melakukan pelanggaran dalam penyelenggaraan kepemiluan. Dalam mencapai tujuan maka cara harus benar ini sikap saya.

Maka yang terutama adalah mencegah supaya pelanggaran dalam pemilu nihil dengan memberdayakan peran aktif masyarakat, tokoh agama ,pelajar dan mahasiswa.

Undang-undang tentang pemilu,PKPU dan perbawaslu serta produk turunan undang undang lainnya yang berkenaan dengan penyelenggaran negara secara umum. Ini menjadi landasan dan pedoman dalam menjalankan tugas sebagai anggota Bawaslu.

 


 

Bagian 3

 

Secara umum minat saya terhadap bidang sosial cukup tinggi. Saya memposisikan diri sebagai pegiat sosial partikelir. Pertama saya mengantarkan seorang peserta didik untuk lanjut ke jenjang kejar paket c di kota Malang. Yang mana remaja ini punya harapan untuk meneruskan pendidikannya yang tertunda selama setahun lantaran orang tuanya belum sanggup mengongkosi ke sekolah menengah atas. Dan saya mengantar sampai tempat yang dimaksud sampai memperoleh kepastian jadwal jam pelajaran sampai lulus kejar paket c. Yang kedua juga seorang pelajar tingkat akhir sebuah sekolah kejuruan negeri. Kebingungan lantaran untuk mengikuti PSG harus keluar ongkos melebihi kemampuan keuangannya. Maka saya memilih untuk mendatangi sekolah tersebut dan bertanya tentang PSG yang di luar kota. Dan saya dapat informasi tidak ada PSG di luar kota. Maka legalah teman saya yang kelimpungan sebab hambatan keuangan yang luar biasa.

Stakeholder pendidikan seperti komite sekolah sangat penting perannya di tengah membengkaknya biaya pendidikan terutama sekolah kejuruan. Juga membangun kesadaran orang tua murid tentang hak mendapatkan pendidikan yang layak serta terjangkau.

Peranan masyarakat sipil seperti yang saya lakukan di atas adalah perlu dan harus terus dilakukan. Apalagi kita hidup di alam demokratis. Inilah saat yang tepat mengasah nalar publik di tengah pelayanan publik yang masih jauh dari kata sempurna.

Dan proses sosialisasi tak mengenal kata henti ia terus berulang. Maka saya sangat optimis jika menjadi anggota bawaslu terpilih saya akan terus belajar bersama masyarakat sipil arti penting pemilu sebagai bagian dari demokrasi.

 


 

Bagian 4

 

Memberdayakan masyarakat sipil seperti pemantau pemilu bisa menjadi salah satu strategi untuk pemilu yang terbuka. Secara formal bawaslu akan membentuk sentra gakkumdu bersama kepolisian kejaksaan dan pengadilan negeri. Ini adalah kemitraan strategis untuk menjamin pemilu dalam rel. Sementara pihak yang potensial menjadi gangguan bisa datang dari birokrat yang partisan atau tidak netral.

Membangun komunikasi yang baik dengan stakeholder kota/kabupaten juga tentang tugas dan wewenang masing-masing pihak. Bisa lewat simposium maupun seminar tentang peran strategis bawaslu sebagai pengawas pemilu.

Berusaha seimbang agar antara tugas, pertemanan dan keluarga tetap harmonis sambil menjaga jarak mana ranah publik dan mana ranah privat.

Semua pihak kita dengar dan kita saring mana yang bisa jadikan pijakan dan mana yang tidak. Sebab informasi dalam komunikasi adalah universal ia adalah proses penyandian dan penyandian balik. Diantara komunikator terkadang ada hambatan atau noise. Inilah tugas kita supaya informasi valid dan terverifikasi. Akhirnya menurut saya semua pihak penting untuk diberi ruang dan waktu dan kita bijak mengolah menjadi informasi yang bermutu.

 


 

Bagian 5

 

Saya mulai tertarik dengan pemilu sejak pertama kali tahun 1999 satu tahun pasca reformasi. Saya sangat antusias dan mendaftarkan diri untuk menjadi pemilih pertama kalinya dalam hidup saya. Waktu itu terbatas hanya memilih gambar partai politik peserta pemilu. Dan partai pemenang adalah PDIP pimpinan Megawati Sukarno Putri. Namun siapa sangka Gus Dur yang jadi presidennya. Dan untuk seterusnya saya aktif sebagai pemilih dalam pemilu maupun pemilukada.

Melompat tahun 2022 saya mencoba mendaftar Panwascam Grati, namun tidak lolos. Berikutnya saya mendaftar PPK Grati saya hanya jadi PAW, alias cadangan. Dan daftar PPS Desa Sumberagung Grati saya lolos dan terpilih.

Menurut saya, pemilu adalah salah satu bagian dari demokrasi. Ia adalah sarana konstitusional dalam merebut kekuasaan. Pergantian dari satu rezim ke rezim berikutnya  lazim dalam sebuah negara demokrasi. Maka kita sering menyebut pemilu sebagai pesta demokrasi.

Saya sering membaca buku terkait demokrasi dan pemilu. Salah satunya buku berjudul Learning From Each Other Muslim Societies in Indonesia and South Asia Views from Asia Calling.

Buku ini penting sebab ditulis oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam suatu simposium demokrasi di Indonesia, India, Pakistan, Afganistan dan Banglades . Kontributor dari Indonesia adalah Ahmad Suaedy, Ihsan Ali Fauzi dan Rizal Sukma. Dari India Asghar Ali Engineer, dari Pakistan Beena Sarwar, dari Afganistan Safia Siddiqi. Dan terakhir dari Banglades Zafar Sobhan. Mengingat negara-negara tersebut di atas jumlah populasi muslim adalah yang terbesar di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Maka konteks islam dan demokrasi adalah perjuangan panjang diantara individu-individu di atas yang mana masing-masing negara memiliki kekhasan tersendiri.

Buku yang sudah dan pernah saya baca Ekonomi Politik Pembangunan karya Solichin Abdul Wahab, Memperkuat Negara karya Francis Fukuyama, Indonesia Kita karya Nurcholish Madjid, Bayang-bayang Fanatisme Penyunting Abdul Hakim dan Yudi Latif, Sebuah Dunia Yang Dilipat Karya Yasraf Amir Piliang, Kesalehan Sosial karya Mohammad Sobary, Ecstasy Gaya Hidup editor Idi Subandi Ibrahim dan Suluk Abdul Jalil karya Agus Sunyoto.

Buku terkait demokrasi yang pernah saya baca berjudul Learning From Each Other Muslim Societies in Indonesia and South Asia editor Ihsan Ali Fauzi. Dari Indonesia kita belajar tentang Pancasila dan kebhinekaan. Dari India kita belajar islam yang akomodatif di tengah negara India yang sekuler. Dari Pakistan kita belajar demokrasi di negara Islam. Dari Afganistan kita belajar tentang demokrasi pasca jatuhnya Taliban. Dari Banglades kita belajar mengelolah demokrasi yang penuh tantangan.

Saya sering menulis artikel tentang demokrasi dan pemilu lewat blog maupun user content generate. Diantara blog dan UCG saya tangguhmultirole.blogspot.com, tangguhmultirole.wordpress.com, kompasiana.com/tangguhmultirole. Basis argumentasi saya selain buku yang saya baca juga media sosial dan media dalam jaringan. Salah satunya mengenai Islam dan Demokrasi yang sempat mendapat komentar dari lapak sebelah sebagai thogut.

 

 

 Bagian 6

 

Visi saya jika terpilih menjadi anggota Bawaslu Kabupaten Pasuruan adalah melakukan pengawasan pemilu dalam kerangka negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi yang bermartabat dan mengedepankan nilai serta moral yang baik dalam berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.

Misi saya jika terpilih menjadi anggota Bawaslu Kabupaten Pasuruan adalah melakukan yang terbaik dalam pengambilan keputusan terkait kepemiluan mulai dari tahapan sampai akhir pemilu. Tentu semua berdasar pedoman UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, UU pemilu no 7 tahun 2017 tentang pemilu, peraturan KPU serta peraturan Bawaslu dan undang undang organik lain tentang penyelenggaraan negara.

Saya akan terus berkomunikasi secara intensif dengan para pihak di Kabupaten Pasuruan membangun kesepahaman tentang pentingnya pemilu serta kehidupan demokrasi di lingkup Kabupaten Pasuruan.

Pengawasan pemilu sudah cukup dan lebih mudah dalam pelaksanaannya serta peran masyarakat yang semakin sadar tentang pemilu dan demokrasi.

Memperkuat peran Panwascam dan PKD yang merupakan ujung tombak pengawasan pemilu dengan bimbingan teknis dan pelatihan. Di samping itu juga memberikan pendidikan tentang kepemiluan dan demokrasi untuk masyarakat sipil dengan mengandeng ormas dan LSM yang berkecimpung di dunia kepemiluan dan demokrasi. Tabik.

 

 

TONY HERDIANTO

 

                                                                                                         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KABUPATEN PASURUAN

JAWA TIMUR

Seratus Tahun Kesunyian Legiun Asing Dan Secangkir Kopi

Bowo seorang pemuda yang merasa lapar dan ingin makan. Bowo berjalan-jalan mencari tempat yang cocok untuk menutupi keinginannya tersebut. S...