Maka adalah sastra merekam segala gejolak sosial yang aktual pada saat peristiwa atau kejadian berlangsung . Bahwa peristiwa kemerdekaan juga diikuti oleh revolusi sosial menentang penguasa lokal yang tidak Jakarta minded . Di Jawa keraton kasunanan Surakarta tidak berdaya ia kehilangan status sebagai daerah otonom . Begitu juga kesultanan di Sumatra Timur para raja dan bangsawan menjadi korban revolusi anaknya sendiri .
Berlanjut masa awal kemerdekaan dengan apik AA Navis menggambarkan pergolakan PRRI . Bahwa para penjarah yang adalah pemberontak tak jadi menjarah korban dalam bus lantaran korban mengaku kalau kakak iparnya juga berjuang masuk ke hutan . Juga pasca PRRI ketika gerakan nasional pemberantasan buta huruf justru membuat malang seorang yang buta huruf karena terjaring razia .
Pun menjelang pergantian kekuasaan dibakarlah istana kesultanan Bulungan di Kalimantan Timur . Lantaran dituduh anti revolusi dan mau membangkang , sepertinya ini hanya pengulangan belaka para penghasut dalam samudra revolusi .
Meloncat ketika masa saya SMA terjadi tuntutan agar pemimpin nasional mundur dan diadakan pemilu , namun kekeuhnya sang pemimpin membuat ia terjungkal dan menjadi pesakitan . Bagai cendawan dimusim hujan berteranlah karya karya anak bangsa . Namun yang memilukan masih saja peristiwa amoral turut serta , penjarahan dan pemerkosaan .
Kini setelah sekian tahun masa masa demokrasi tugas kita adalah mengusahakan kemerdekaan untuk segala bangsa . Karena kebencian yang membabi buta tidak memiliki peranan kecuali generasi yang hilang dan absurd .
Jalan tengah adalah jawaban dari kejumudan demokrasi prosedural , sastra menjadi ruang batin nasional . Membaca sastra membaca sejarah bangsa makakita akan dapatkan hikmah agar das sollen tidak bertentangan dengan das sein . Salam .