Selasa, 19 Oktober 2021

Kepakaran Youtuber dan Tantangan Generasi

life is beautiful 


 Sebenarnya relaksasi mencari ide dan inspirasi. Namun melebihi ekspektasi sehingga seperti sinergi yang buat saya itu nampak kebetulan saja semacam saat yang pas. 

Pagi itu secangkir kopi menemani beserta roti sisa kemarin. Dalam angan terpercik asa sekalipun lusa kemarinnya saya sudah berada diatas kuda jepang hampir seharian. Namun hasrat tak terbendung. Kebuntuan harus didobrak. Ia harus menemukan jalannya. Ya kuda jepang itu kupacu lagi.

Sinar mentari beranjak sedikit terik namun pepohonan sepanjang jalan mampu meredam panasnya matahari. Jalan yang berdebu saat kemarau menjadi teman maka mengaspalah aku. Ditunjang kuda jepang keluaran 2008 meluncur perlahan menyusuri tiap meter jalan.

Namun kuda ini harus aku kasih minum dulu supaya lancar jalannya. Pilihan ron 90 adalah yang paling ekonomis cukup 10 ribu saja. Maka sekali lagi kuda kupacu kecepatan moderat. Hampir satu jam lewat 30 menit aku sudah masuk kandang teman.

Sambutan yang hangat serta teh dan roti aku rasa cukup menanggulangi rasa seperti masuk angin diperut. Setelah obrolan ringan kami lanjut menuju sekolah ekonomi, maksudnya kampus ekonomi selatan rumah teman. 

Disana sudah disambut oleh para kreator tukang poto dan para talent beserta tukang riasnya. Perbincangan hangat dan akrab mengalir begitu saja bagai sungai dibawah kami. Yang istimewa bahasan kopi pangku dan pijat ekonomi plus yang membuat kami terpingkal-pingkal. Ini fenomena jaman yang mana strategi pemasaran adalah kunci.

Beranjak dari kampus saya pamit ke warkop tengah kota bertemu kolega lawas. Ngopi untuk kesekian kalinya dalam arti harfiah. Secara umum strategi punya peranan penting atas bertahannya kolega saya dibelantara kota. Sekali lagi harapan dan kekecewaan masih terbersit. Itulah hidup ia mengandung tantangan dan peluang sekaligus daya dorong.

Maka saya mengusulkan urunan kecil-kecilan dengan ide rintisan koperasi produksi. Ini seperti usang namun semangat kebersamaan tetap paling mutakhir dan tak tergantikan. Koperasi menjadi besar lewat uji waktu dan sejarah. Dan alhamdulillah kolega saya ini mengafirmasi gagasan saya. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengumpulkan kolega lainnya.

Perjalanan masih lanjut menuju komrad omar bakre, ya teman saya guru swasta yang saat sekarang sedang menjalani PPG. Nasib buruh pendidikan ini mirip kajian poskolonialisme "almost the same but quite , almost the same but not white ". Sulit menempatkan soalnya bukan buruh pada umumnya semacam buruh pabrik atau pekerja disektor negara /PNS.

Karena posisi yang mengambang inilah maka setiap isu apalagi kebijakan untuk menyejahterakan selalu penuh konflik. Perlu kajian khusus kenapa sekian puluh tahun masih seperti ini. Mereka bekerja namun dengan upah yang tidak layak dan tanpa jaminan sosial.

Setelah diskusi yang juga ngambang saya lanjut ke rumah teman yang lainnya dalam bahasanya terpaksa ndekan atau jadi dekan soalnya darurat. Seperti mengusahakan sesuatu sebagaimana mestinya teman saya ini malah menohok dengan jargon matinya kepakaran. 

Dalam otak pikiran saya quo vadis sekolah atau bahkan The End Of sekolah. Soalnya di era disrupsi informasi komunikasi sekaligus teknologi ditandai dengan kecepatan hipersonik. Maka ini adalah tanda-tanda jaman. Entah kenapa sangat ambisius " era matinya kepakaran ". Semua peran hampir diambil alih teknologi artificial inteligent atau kecerdasan buatan. Semacam telepon pintar , rumah pintar , televisi pintar bahkan orang pintar huahahaa. Yang terakhir ini sudah ada sejak jaman baheula. 

Bahwa generasi sekarang lebih melek teknologi maka segala perangkat aturan menyertainya. Maka yang tertinggi dalam penemuan umat manusia adalah etika/moral/akhlaq/keadaban. Inilah simbol tertinggi puncak puak peradaban. Tabik.

Perayaan Maulid Nabi


Sekira selepas Isya kami mendapat undangan untuk menghadiri perayaan maulid nabi. Ini tahun yang kesekian kalinya untuk saya ikut perayaan di masjid dusun tetangga. Sebenarnya kepala desa juga mengadakan namun saya tak dapat undangan,alamak cem mana ini. 

Kedatangan kami rupanya terlampau cepat sehingga menunggu bubarnya jamaah shalat isya di masjid. Tuan rumah mempersilahkan kami masuk, segera saja kami bergegas kedalam masjid. Nampak banyak tamu undangan di sisi utara. Ya kami di sisi selatan persis letak dusun kami yang di sebelah selatan masid. 

Suara alunan nada dan sirah nabi dilantunkan sepanjang acara. Tak lupa sejarah singkat dan keutamaan memperingati maulid nabi. Acara ditutup dengan doa dan membagi berkat untuk semua yang hadir. Terutama anak-anak mereka dapat balon dan bendera uang. Senangnya suasana perayaan maulid nabi Muhammad di dusun sebelah. Kami lantas pulang dengan membawa berkat dan perasaan senang.

Kamis, 22 Oktober 2020

Bina Teman

     Semestinya melewati jalan melingkar bukanlah sesuatu yang sulit dan melelahkan. Namun dibutuhkan kerja keras serta kesabaran. Kerja secara lebih tangguh dan mumpuni. Seperti hari ini dan mungkin lebih panjang ketika UU sapu jagad diprotes oleh buruh, mahasiswa, profesional dan masyarakat.

Sampai kini belum bisa diakses mana yang final dan disahkan secara tidak elegan. Gejolak yang ada menunjukkan perlunya keterbukaan dan dialog yang setara. Ini syarat negara demokrasi bukan pemaksaan dari kelas penguasa kepada rakyat.

Jika sedari awal pelibatan masyarakat secara lebih luas kemungkinan gaduh ada namun akan lebih terhormat dan bermartabat. Tidak seperti saat sekarang yang cenderung abai bahkan terkesan meremehkan pihak yang berseberangan.

Demokrasi dibangun diatas kemajemukan dalam banyak segi, ia yang tidak siap cenderung gagap dan menyerang lawan secara semena-mena. Inilah kenapa jalan demokrasi tidaklah mudah apalagi buat generasi yang dibesarkan dalam wadah otoriter jaman soeharto. 

Maka dialog dan keterbukaan adalah syarat menjaga demokrasi tetap waras. Pemimpin yang demokratis akan hadir dari pergulatan yang melelahkan ini. Bukan karena kasihan bermain seolah sebagai korban dan bermimik untuk dikasihani.


Minggu, 13 September 2020

Mencari Sebuah Makna

 Pagi yang indah berteman udara segar dan mentari cerah. Sehangat pelukan bantal guling semalam. Ditemani kopi hitam buatan istri. Senyampang dalam lamunan dan pikiran tentang kerja. Ya kerja kuli batu dengan sistem borongan.

Bukan perkara mudah mencari tenaga tukang dan kuli. Sekalipun nanti proyek jenis pembangunan saluran air. Semacam seni hidup peranan para petani. Dari penyiapan bibit yang baik sampai panen.

Ada lika liku yang harus dilewati, salah satunya ongkos sistem kerja borongan. Memang upah adalah variabel yang fundamental. Besaran anggaran sebuah pembangunan terbesar adalah sektor upah. Mungkin pekerjaan yang lain seperti itu juga.

Negosiasi adalah kata kunci untuk menuju kesepakatan. Jika ini tercapai maka progres suatu proyek pembangunan sudah memiliki poin 10 dalam penilaian saya.

Mengapa dipilih sistem kerja borongan ?, hal ini rupanya siasat juga. Mengatasi jam malas pekerja. Apa yang dihasilkan para pekerja ya itulah upah yang sudah dihitung konsekuensinya.

Maka selamat bekerja apapun sistemnya, nikmati dan hargai. Tabik.




Selasa, 30 Juni 2020

Mengapa Marah Dan Media Menyebarluaskannya

    Sempat hangat ketika beberapa waktu yang lalu seorang presiden dan kabinet dalam suatu rapat. Marah marah dan pemirsa melihat serta mendengarnya. Apakah kemudian wibawa presiden juga turut serta? ,saya rasa tidak. Mengapa ini sering terjadi dan media sepertinya asyik asyik saja?.

 

    Jawaban tidak akan segera ditemukan sebab semua itu panggung sandiwara drama kolosal negeri. Mereka sekumpulan politisi dengan modus dan mungkin tujuan yang sama memperkokoh kekuasaan. Dus sungguh sial nasib penduduk negeri ini hampir tiap hari disuguhi tontonan badut badut beraksi.
 
    Memang ketika suatu drama pertunjukan mengalami penurunan kualitas dan tidak sanggup menghibur penonton maka waktu sela dimasukkanlah badut badut itu.
 
    Ongkos mahal dalam pilihan umum nasional buang ke laut saja. Itu mirip lomba ketahanan mobil yang buang BBM secara sia sia.
 
    Apa yang bisa diharapkan dari sekumpulan badut badut beraksi? tidak ada dan hampir-hampir tanpa faedah.
 
    Masyarakat harus bangun dan berdiri sendiri penuhi kebutuhan dan hidup sejahtera. Salam.
 
 

 

Minggu, 14 Juni 2020

Kopi Hitam

   


 Kopi hitam sachetan segala merk baik pabrikan maupun rumahan, tetap enak. Buat saya diseduh dengan air panas dan sedikit gula sudah nikmat. Sehari terkadang sampai tiga cangkir kopi hitam. Jenis apapun nikmat robusta maupun arabica atau campuran keduanya.


    Saat sekarang ditengah gempuran kopi instan pabrikan, kopi sangrai sendiri juga masih marak. Rentang harga 4000 sampai 8000 per ons. Sungguh harum apalagi baru saja ditumbuk. Bahkan bisa dibilang punya nilai tersendiri beli langsung ke pemasak kopi sangrai.

    Pun kopi buatan saya sekalipun mengandalkan kopi instan pabrikan namun aroma serta rasa tetap terjaga. Kadar kafein yang pas bikin betah melek dan bisa berproses kreatif. Ini salah satu manfaat dari kopi hitam murni. Hanya terkadang saja minum kopi campur susu dan atau coklat.

    Memang kopi hampir tanpa tanding selain tentu saja kebiasaan minum sejak kecil. Sekalipun minuman lain tersedia apalagi pas silaturahim hari raya idul Fitri seperti saat sekarang. Seolah sebuah minuman yang wajib hadir ketika bertandang dari satu rumah ke lainnya.

    Apalagi kopi nusantara sudah sangat kondang seantero jagad. Untuk kelas premium seperti kopi luwak, saya jarang membuatnya kecuali ada yang ngasih gratisan. Demikian tulisan pagi ini hari Minggu yang sedikit cerah secerah hatiku ke kamu , iya kamu. Tabik.

Selasa, 14 Januari 2020

Bergerak Bersama



Setelah perhelatan perayaan pergantian tahun baru usai. Kini saat yang tepat untuk bergerak lagi. Melalui serangkaian kajian yang terukur dan simulasi dilapangan. Maka tahun ini saya giat lagi menulis. Bisa dilihat tangguhmultirole.wordpress.com juga kompasiana.com/tangguhmultirole .

Bukan tanpa sebab, namun kebiasaan ini sudah lama saya lakukan. Juga dalam grup di Facebook yaitu bersajak dan melawan serta buletin garis. Haluannya masih sekitar sosial kebudayaan juga kehidupan sehari-hari.

Kedepannya saya juga akan menulis cerpen serta roman. Sepertinya ego yang ketinggian, eits tapi kerangka sudah saya buat sejak beberapa tahun yang lalu.

Menulis bagi saya adalah kenikmatan tersendiri dikala luang. Kebiasaan ini bermula ketika sejak SD saya sudah terbiasa mengkliping berita dari koran. Kemudian saya tempel di kertas ukuran HVS lantas saya kopi. Inilah yang kemudian membangkitkan hasrat saya untuk menjadi penulis saat itu.

Namun kemampuan ini lebih terasah saya masuk perguruan tinggi. Saat itu saya berhasil membuat selembar cerpen. Kemudian saya tempel didinding pengumuman. Sayang ada teman yang merasa tersentil dan karya itu lenyap begitu saja.

Tapi perjuangan masih terus berlanjut, tak ada kata mundur apalagi menyerah pada keadaan. Saatnya di tahun 2020 ini saya mencoba mengibarkan bendera semangat menulis.

Seratus Tahun Kesunyian Legiun Asing Dan Secangkir Kopi

Bowo seorang pemuda yang merasa lapar dan ingin makan. Bowo berjalan-jalan mencari tempat yang cocok untuk menutupi keinginannya tersebut. S...