Suatu hari di daerah dekat ibu kota Propinsi Jawa timur, saya berkesempatan untuk mengikuti ujian berbasis komputer. Ujian ini sebagai salah satu tahapan untuk menjadi calon anggota penyelenggara pemilu tingkat kabupaten. Sebelumnya saya wajib membuat semacam makalah yang dikumpulkan menjelang ujian yang dimaksud. Berikut semacam makalah yang berhasil saya selesaikan. Selamat membaca.
Bagian 1
Saya Tony Herdianto lahir di kota Malang pada tanggal 28 Juni
1982. Saya mengenyam pendidikan formal SDN Arjosari 1 Malang mulai tahun 1988
sampai lulus tahun 1994. Lanjut SMP Negeri 16 Malang mulai 1994 sampai lulus
1997. Dan masuk SMA Negeri 7 Malang tahun 1997 dan lulus tahun 2000.
Saya tumbuh dari keluarga yang menganut sistem kekerabatan
yang mengikuti garis bapak dan ibu. Sistem kekerabatan ini membuat saya tumbuh
dan besar penuh limpahan kasih sayang. Masa kecil yang bahagia dan ketika dewasa
saya merasakan betapa hangatnya sambutan dari keluarga bapak maupun ibu. Dan
saya penuh afeksi memandang diri dan generasi yang lebih muda penerus bangsa
maupun yang sebaya atau para orang tua. Secara umum saya tumbuh dewasa penuh
dengan cinta kasih.
Saya memiliki hobi menanam baik tanaman hias maupun tanaman
besar yang saya taruh di pot. Di samping itu sering saya meluangkan waktu
sekedar melihat sawah maupun tegal untuk melepas penat. Kadang saya juga
memancing ikan di sungai kecil belakang rumah saya. Saya juga memiliki minat
untuk mengembangkan seni peran di desa saya. Hal ini masih sering saya pelajari
baik lewat membaca buku, koran, artikel maupun internet.
Selepas SMA saya dan teman saya pernah menginisiasi Padepokan
Seniman Zaman Edan. Saya sebagai anggota merangkap divisi propaganda dan
agitasi. Yaitu suatu wadah untuk menampung ekspresi berkesenian teman-teman
baik bekerja maupun yang menganggur. Sempat berjalan dan pentas salah satunya
lewat seni teater. Seiring waktu para anggota harus berpikir rasional dan
mereka berjalan direl masing masing. Jadi kegiatan berkesenian sementara beku.
Teman berdiskusi saya saudara Yohan Rianto seorang guru PPKN.
Kami sering membincang soal ketimpangan sosial disamping klenik dan dunia
perbukuan. Bahkan bahasan pop culture juga sering kami bincangkan. Yang kedua
Priyo Aji seorang wirausahawan. Dari teman yang satu ini saya belajar seni
bertahan untuk survive. Apapun dan dimanapun saya lihat optimisme dari teman
Priyo ini. Dan selalu solusi atas masalah apapun hampir terselesaikan. Yang
ketiga, Sapto seorang fotografer. Dari Sapto saya belajar bahwa usaha apapun
harus dijalankan penuh keikhlasan dan dedikasi. Keuletan dan pergaulan yang
luas akan membuka cakrawala kesadaran begitu kira-kira moto teman saya yang bernama
Sapto.
Saya punya teman yang sampai sekarang masih mengais rejeki di
metropolitan. Saat pertama bertemu orangnya selalu optimis punya logat yang
khas Jawa Timur mataraman. Pernah jatuh bangun membangun kerajaan bisnis dan
sembunyi lalu berlari dari kejaran kolektor yang datang meneror. Tapi optimisme
itu akhirnya berbuah manis, dia tipe keras kepala dan selalu yakin hasil akan
sepadan dengan usaha.
Dari sanalah angan saya meniru untuk menjadi pebisnis yang
andal dengan semangat pantang menyerah. Dan untuk saya agar mengingat liyan
yang kurang beruntung dengan jalan sedekah semampunya. Itu yang saya pelajari
dari karakter teman saya keras kepala namun welas asih kepada liyan terutama
yang benar-benar membutuhkan.
Saya optimis bisa menjaga diri dari tindakan korupsi,kolusi
dan nepotisme. Saya 100% memiliki integritas sebab optimisme dalam mengambil
sebuah tindakan. Bentuk paling kecil adalah saya menerima upah atas kerja yang
saya selesaikan. Saya berjualan dan terjadi tawar menawar dan harga disepakati.
Maka uang yang saya terima saya pastikan sesuai untuk saya dan untuk pembeli
dagangan saya. Dari sini saya belajar integritas dimulai jujur dari diri
sendiri.
Bagian 2
Tidak boleh ada pelanggaran dalam pemilu yang beroleh
toleransi. Dan mereka yang melanggar harus dihukum supaya jera.
Sekecil apapun pelanggaran dalam pemilu, ia adalah celah
untuk pelanggaran yang lain. Yang jamak terjadi kampanye diluar jadwal,
kampanye terselubung dan kampanye yang membawa serta anak-anak. Dan beberapa
waktu yang lalu lewat media sosial saya baca ada pembagian amplop disebuah
rumah ibadah dan amplop tersebut bergambar orang dari partai tertentu. Padahal
jelas rumah ibadah dilarang untuk kegiatan kampanye.
Alhamdulillah sampai saat sekarang dan semoga seterusnya saya
tidak pernah melakukan pelanggaran dalam penyelenggaraan kepemiluan. Dalam
mencapai tujuan maka cara harus benar ini sikap saya.
Maka yang terutama adalah mencegah supaya pelanggaran dalam
pemilu nihil dengan memberdayakan peran aktif masyarakat, tokoh agama ,pelajar
dan mahasiswa.
Undang-undang tentang pemilu,PKPU dan perbawaslu serta produk
turunan undang undang lainnya yang berkenaan dengan penyelenggaran negara
secara umum. Ini menjadi landasan dan pedoman dalam menjalankan tugas sebagai
anggota Bawaslu.
Bagian 3
Secara umum minat saya terhadap bidang sosial cukup tinggi.
Saya memposisikan diri sebagai pegiat sosial partikelir. Pertama saya
mengantarkan seorang peserta didik untuk lanjut ke jenjang kejar paket c di
kota Malang. Yang mana remaja ini punya harapan untuk meneruskan pendidikannya
yang tertunda selama setahun lantaran orang tuanya belum sanggup mengongkosi ke
sekolah menengah atas. Dan saya mengantar sampai tempat yang dimaksud sampai
memperoleh kepastian jadwal jam pelajaran sampai lulus kejar paket c. Yang
kedua juga seorang pelajar tingkat akhir sebuah sekolah kejuruan negeri.
Kebingungan lantaran untuk mengikuti PSG harus keluar ongkos melebihi kemampuan
keuangannya. Maka saya memilih untuk mendatangi sekolah tersebut dan bertanya
tentang PSG yang di luar kota. Dan saya dapat informasi tidak ada PSG di luar
kota. Maka legalah teman saya yang kelimpungan sebab hambatan keuangan yang
luar biasa.
Stakeholder pendidikan seperti komite sekolah sangat penting
perannya di tengah membengkaknya biaya pendidikan terutama sekolah kejuruan.
Juga membangun kesadaran orang tua murid tentang hak mendapatkan pendidikan
yang layak serta terjangkau.
Peranan masyarakat sipil seperti yang saya lakukan di atas
adalah perlu dan harus terus dilakukan. Apalagi kita hidup di alam demokratis.
Inilah saat yang tepat mengasah nalar publik di tengah pelayanan publik yang
masih jauh dari kata sempurna.
Dan proses sosialisasi tak mengenal kata henti ia terus
berulang. Maka saya sangat optimis jika menjadi anggota bawaslu terpilih saya
akan terus belajar bersama masyarakat sipil arti penting pemilu sebagai bagian
dari demokrasi.
Bagian 4
Memberdayakan masyarakat sipil seperti pemantau pemilu bisa
menjadi salah satu strategi untuk pemilu yang terbuka. Secara formal bawaslu
akan membentuk sentra gakkumdu bersama kepolisian kejaksaan dan pengadilan
negeri. Ini adalah kemitraan strategis untuk menjamin pemilu dalam rel.
Sementara pihak yang potensial menjadi gangguan bisa datang dari birokrat yang
partisan atau tidak netral.
Membangun komunikasi yang baik dengan stakeholder
kota/kabupaten juga tentang tugas dan wewenang masing-masing pihak. Bisa lewat
simposium maupun seminar tentang peran strategis bawaslu sebagai pengawas
pemilu.
Berusaha seimbang agar antara tugas, pertemanan dan keluarga
tetap harmonis sambil menjaga jarak mana ranah publik dan mana ranah privat.
Semua pihak kita dengar dan kita saring mana yang bisa
jadikan pijakan dan mana yang tidak. Sebab informasi dalam komunikasi adalah
universal ia adalah proses penyandian dan penyandian balik. Diantara
komunikator terkadang ada hambatan atau noise. Inilah tugas kita supaya
informasi valid dan terverifikasi. Akhirnya menurut saya semua pihak penting
untuk diberi ruang dan waktu dan kita bijak mengolah menjadi informasi yang
bermutu.
Bagian 5
Saya mulai tertarik dengan pemilu sejak pertama kali tahun
1999 satu tahun pasca reformasi. Saya sangat antusias dan mendaftarkan diri
untuk menjadi pemilih pertama kalinya dalam hidup saya. Waktu itu terbatas
hanya memilih gambar partai politik peserta pemilu. Dan partai pemenang adalah
PDIP pimpinan Megawati Sukarno Putri. Namun siapa sangka Gus Dur yang jadi
presidennya. Dan untuk seterusnya saya aktif sebagai pemilih dalam pemilu
maupun pemilukada.
Melompat tahun 2022 saya mencoba mendaftar Panwascam Grati,
namun tidak lolos. Berikutnya saya mendaftar PPK Grati saya hanya jadi PAW,
alias cadangan. Dan daftar PPS Desa Sumberagung Grati saya lolos dan terpilih.
Menurut saya, pemilu adalah salah satu bagian dari demokrasi.
Ia adalah sarana konstitusional dalam merebut kekuasaan. Pergantian dari satu
rezim ke rezim berikutnya lazim dalam
sebuah negara demokrasi. Maka kita sering menyebut pemilu sebagai pesta
demokrasi.
Saya sering membaca buku terkait demokrasi dan pemilu. Salah
satunya buku berjudul Learning From Each Other Muslim Societies in Indonesia
and South Asia Views from Asia Calling.
Buku ini penting sebab ditulis oleh masing-masing pihak yang
terlibat dalam suatu simposium demokrasi di Indonesia, India, Pakistan,
Afganistan dan Banglades . Kontributor dari Indonesia adalah Ahmad Suaedy,
Ihsan Ali Fauzi dan Rizal Sukma. Dari India Asghar Ali Engineer, dari Pakistan
Beena Sarwar, dari Afganistan Safia Siddiqi. Dan terakhir dari Banglades Zafar
Sobhan. Mengingat negara-negara tersebut di atas jumlah populasi muslim adalah
yang terbesar di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Maka konteks islam dan
demokrasi adalah perjuangan panjang diantara individu-individu di atas yang mana
masing-masing negara memiliki kekhasan tersendiri.
Buku yang sudah dan pernah saya baca Ekonomi Politik
Pembangunan karya Solichin Abdul Wahab, Memperkuat Negara karya Francis
Fukuyama, Indonesia Kita karya Nurcholish Madjid, Bayang-bayang Fanatisme Penyunting
Abdul Hakim dan Yudi Latif, Sebuah Dunia Yang Dilipat Karya Yasraf Amir
Piliang, Kesalehan Sosial karya Mohammad Sobary, Ecstasy Gaya Hidup editor Idi
Subandi Ibrahim dan Suluk Abdul Jalil karya Agus Sunyoto.
Buku terkait demokrasi yang pernah saya baca berjudul
Learning From Each Other Muslim Societies in Indonesia and South Asia editor
Ihsan Ali Fauzi. Dari Indonesia kita belajar tentang Pancasila dan kebhinekaan.
Dari India kita belajar islam yang akomodatif di tengah negara India yang
sekuler. Dari Pakistan kita belajar demokrasi di negara Islam. Dari Afganistan
kita belajar tentang demokrasi pasca jatuhnya Taliban. Dari Banglades kita
belajar mengelolah demokrasi yang penuh tantangan.
Saya sering menulis artikel tentang demokrasi dan pemilu
lewat blog maupun user content generate. Diantara blog dan UCG saya
tangguhmultirole.blogspot.com, tangguhmultirole.wordpress.com,
kompasiana.com/tangguhmultirole. Basis argumentasi saya selain buku yang saya
baca juga media sosial dan media dalam jaringan. Salah satunya mengenai Islam
dan Demokrasi yang sempat mendapat komentar dari lapak sebelah sebagai thogut.
Bagian 6
Visi saya jika terpilih menjadi anggota Bawaslu Kabupaten
Pasuruan adalah melakukan pengawasan pemilu dalam kerangka negara Indonesia
yang menganut sistem demokrasi yang bermartabat dan mengedepankan nilai serta
moral yang baik dalam berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.
Misi saya jika terpilih menjadi anggota Bawaslu Kabupaten
Pasuruan adalah melakukan yang terbaik dalam pengambilan keputusan terkait
kepemiluan mulai dari tahapan sampai akhir pemilu. Tentu semua berdasar pedoman
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, UU pemilu no 7 tahun 2017 tentang
pemilu, peraturan KPU serta peraturan Bawaslu dan undang undang organik lain
tentang penyelenggaraan negara.
Saya akan terus berkomunikasi secara intensif dengan para
pihak di Kabupaten Pasuruan membangun kesepahaman tentang pentingnya pemilu
serta kehidupan demokrasi di lingkup Kabupaten Pasuruan.
Pengawasan pemilu sudah cukup dan lebih mudah dalam
pelaksanaannya serta peran masyarakat yang semakin sadar tentang pemilu dan
demokrasi.
Memperkuat peran Panwascam dan PKD yang merupakan ujung
tombak pengawasan pemilu dengan bimbingan teknis dan pelatihan. Di samping itu
juga memberikan pendidikan tentang kepemiluan dan demokrasi untuk masyarakat
sipil dengan mengandeng ormas dan LSM yang berkecimpung di dunia kepemiluan dan
demokrasi. Tabik.
TONY HERDIANTO
KABUPATEN PASURUAN
JAWA TIMUR