Jika diumpamakan
berjalan maka menggunakan dua kaki. Nah ini hari bukan saja dua kaki melainkan
juga meroda dengan dua ban depan belakang. Kita memacu ini motor seperti race
paris dakar dengan medan kadang mulus lurus kadang berkelok dan bergelombang.
Seperti pengalaman yang sudah-sudah maka kecepatan berbanding lurus dengan
konsumsi bahan bakar. Maka kencinglah ini motor memaksa menguras kantong yang
semakin tipis.
Semakin jauh semakin dalam saja isi kantong berkurang karena yang diisi
bukan hanya bahan bakar motor saja, melainkan rasa haus yang luar biasa
ditambah cuaca kota Jember yang lembab dan panas. Sekali lagi kompensasinya
adalah air mineral hasil menjarah disalah satu kantin kampus tetangga.
Namun segala daya upaya terbayar lunas sudah, sekalipun datang belakangan
namun pelayanan lebih awal. Mirip metode last in first out, atau jangan-jangan
ini juga suatu bentuk penghindaran paling mutakhir. Wah kalau itu mungkin tugas
para inteljen mencari sebab musabab. Akar permasalahannya adalah bagaimana
tujuan tercapai namun dengan cara yang saling menguntungkan. Sekali lagi hati
ini masih terhibur dengan datangnya seorang kenalan dan memberikan atensi atas
kehadiran sebuah agen kapitalis terselubung, salam takzim.
Namun yang lebih dahsyat lagi adalah sambutan hangat orang-orang
yang sekalipun baru bertemu dan saling mengobrol akrab sanggup membangun
suasana. Dari sini mungkin sebuah komunikasi yang baik dibangun atas dasar
penerimaan yang baik tanpa rasa curiga dan tanpa rasa pura-pura, jadi mirip
syair sebuah lagu “pretend that you dont care”. Mungkin juga seperti sebuah
kebetulan jika obrolan yang saling berkaitan lantaran juga adanya saling
mengerti tentang subjek atau tema pada umumnya, gracias a la vida. Terima
kasihku ucapkan kepada para frontier atas perkenan menerima sekali lagi agen
kapitalis lanjut.
Bahwa bahasa sanggup memindahkan kompleksitas psikis ke kompleksitas
sebenarnya, hal ini karena energi ketegangan kreatif memang harus dibangun agar
tidak terjadi kesadaran semu dan bahkan disorientasi. Realita masyarakat modern
kiranya menginginkan hal yang demikian bisa dimaknai demagogi. Bahwa hubungan
yang hangat dan subtil sudah mengalami transformasi menjadi semakin
materialistis. Namun kiranya kita patut bersyukur ditengah arus gelombang
kapitalis modern masih ada juga cahaya-cahaya kebaikan pada hamba-hambanya yang
mengaktuilisasinya dengan mengabdi bekerja untuk “rakyat kampus”. Viva to all
of worker employer and many more who have contributing build better life in
better environment.
Sekali lagi adalah memaknai sampai sejauh mana kita melampaui batas dalam
kerangka transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kebaikan bersama.
Waktu berubah dan kita ikut berubah didalamnya. Menjadi semakin baik atau
semakin “gila’ dengan segala keterbatasan yang kita sandang.
Tulisan ini
sengaja sebagai penanda agar kita tidak takut untuk mencoba hal-hal yang
mungkin baru. Jember 13032012, sedang stay at uncle home. Scribo cogito sum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar