Sabtu, 14 Juli 2012
Rabu, 11 Juli 2012
Flower Flower
Thus the sunshine
The water spread
The breed growing up
The land so fertile
We love the flower
Emotion any kind
Untill We gonna die
The flower never end
Always by my side always stand
Rose jasmine dahlia
I love perfume I love poem
27 June 2012
I am not a writer I just make a note
I am not a reporter I just take a part
I am not an actor I just on my own decision
I do anything I like to do
I create my world based on my own
I accept what they want sometimes
I accomodate along I can handle
I suppossed my world so easy
I regard what the decision they make
Life so simple but so hard
Complexicity the most popular art
I do believe someday my life change
even I do not know what I have done
Goblok Kolektif
Mengolah mitos menjadi ilmu pengetahuan atau mencari jalan tengah,
bahwa mengubah wabah menjadi hikmah adalah tugas mulia yang diemban oleh
manusia beradab. Sebab jaman semakin mutakhir semakin kompleks maka
dibutuhkan suatu sistem untuk mengurai kerumitan . Ibarat rel yang
lapuk maka kereta hampir selalu anjlok bahkan keluar lintasan.
Dibutuhkan juga manusia dengan kesadaran baru , sebagai makhluk sosial
maka kita wajib bekerja sama. Faktanya adalah kesejahteraan jauh api
dari panggang, sembako semakin mahal, kesehatan tidak murah apalagi
sekolah seperti barang dagang pada umumnya. Belum lagi carut marut
kisruh bidang hukum , politik dan keamanan. Wow negeri kita kaya akan
sistem yang amburadul saling tumpang tindih. Kekerasan hari ini secara
gilang gemilang direproduksi oleh kelompok kepentingan demi rebutan
lapak dan lahan parkir. Berlaku benturan antar kebiadaban bahwa sistem
yang pandir masih bertahan lantaran mitos sering mendahului fakta.
Mungkin kita kaya lantaran klenik dan hal hal yang memang menjadi
tradisi secara kolektif. Dari sini dihasilkan sebuah sintesa bahwa
kegoblokan dihasilkan lantaran sistem dan pelaksana teknis lapangan
setali tiga uang, lha guru saya maling maka saya juga jadi maling.
Menjadi urgen bahwa ketika berdiskusi dengan seorang teman bahwa
karakter ternyata bisa diubah. Nah hari saat sekarang sanggupkah kita
berubah dari karakter yang korup menjadi wajar tanpa pengecualian mirip
audit BPK. Bahwa sistem korup saling berkelit kelindan dengan imun imun
yang juga korup. Dari sini nampaknya nurani yang sanggup bicara
manakala akal sudah nggak waras, logika jungkir balik lantaran
goblokisme kolektif. Lantas sampai kapan sistem yang cerdas sanggup
membebaskan manusia yang terjebak dalam goblokisme kolektif. Pada
akhirnya akan dicari jalan ke masa lampau atau tradisi kearifan lokal
yang kemudian bertransformasi sebagai jati diri atau membangun karakter
yang sesuai jati diri bangsa.
Kita terjebak ke dalam samudra goblokisme kolektif internasional
lantaran sejak awal tidak ada usaha yang sungguh sungguh untuk
menjadikan kemanusiaan sebagai landasan pencapaian kemerdekaan dan
kedaulatan. Alih alih demi kemanusiaan yang adil dan beradab yang ada
hanyalah seberapa kaya dan kuasa kita terhadap akses publik yang
seharusnya dinikmati rakyat banyak. Semakin panjang daftar dosa dan
kesalahan goblokisme kolektif maka semakin hancur rusak binasa keadaban
dan peradaban manusia . Kita mungkin hanya menunggu ratu adil namun ratu
adil adalah tafsir imajiner manusia yang kalah sebelum berperang.
Menilik Pramudya Ananta Toer dalam sebuah novel kebenaran tidak akan
jatuh dari langit kebenaran akan tegak karena diusahakan secara
sungguh-sungguh sepenuh hati. (Salam)
Selasa, 29 Mei 2012
Negasi Sebuah Perjuangan
Sebermula adalah kata, terjalin rangkaian kata menjadi kalimat. Berjilid-jilid menjadi aneka warna karya, kedaulatan ada ditangan penulis dan pembaca. Maka berbicaralah sang pujangga, ada kalanya hidup manusia diliputi kesenangan akan dunia. Juga sebaliknya kesedihan merundung kehidupan manusia. Sang bijak bestari berkata semua ada hikmahnya, karena hampir tidak ada ciptaanNya yang sia-sia. Kita manusia diberikan akal pikiran agar bisa mendekat kepadaNya. Maka manusia haruslah menggapainya dengan sultan (ilmu) untuk menjangkaunya.
Masalah kontemporer hari ini adalah galau, hampir menghinggapi seluruh lapisan manusia, tua muda kaya miskin. Mengapa sebagai hamba yang beriman dan berilmu kita masih galau? Sumber yang utama adalah diri sendiri sebelum kita melihat keluar. Bertanyalah pada hatimu, berpikirlah sejernih mungkin. Maka akan kau dapati bahwa manusia adalah sarang kedhaifan serba ternoda salah dan lupa.
Dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai kejernihan berpikir dan bertindak. Upaya yang berkesinambungan dan penuh pengabdian pada kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak terhenti pada kebijakan-kebijakan kata-kata tetapi implementasi. Wujud riil atas amanat rakyat menuju negeri gemah ripah lohjinawi toto tentrem kerto raharjo baldatun thayibatun ghafurur rahim.
Bahwa atas berkat Allah yang maha kuasa dan dengan dorongan cita-cita luhur maka dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Bangsa ini sudah lepas dari penjajahan tradisional namun masih terjebak kearah mana bangsa akan dibawah kalau masalah kemajemukan tak segera teratasi. Kalau hal ini benar maka para pemimpin sedang galau dan mereka masih bermimpi mewujudkan negara sejahtera. Padahal disudut sana bung Akbar sudah bosan mbecak di Jtv, ia memutuskan pindah saluran menjadi comic di stasiun nasional.
Humor
adalah soal selera namun keterlaluan jika pelaku humor adalah pengambil
kebijakan tinggi, lha rakyatnya mau ketawa dengan cara apa?! Wong
mereka sudah ngenes dengan persoalan sehari-hari. Memang benar
kebahagiaan ada dihati bukan berupa materi, namun mau bahagia bagaimana
kerja tak dapat. Sementara kaleng susu bertalu-talu laksana gendang
nusantara memanggil-manggil anak nusantara jangan menyusu pada ibumu.
Lha ini celaka namanya kedaulatan ibu direnggut paksa oleh sebuah
kampanye internasional "Gantilah susu ibu dengan susu kaleng maka kau
akan lebih sehat dan menaikkan gengsi daripada ibu dan bayi." Menyusui
adalah kegiatan purba manusia sebelum bayi mengenal beras bahkan
hari-hari ini dijejali produk yang katanya sanggup membawa si bayi
berpikir cerdas nakal dan radikal, atau jangan-jangan awal teroris dari
sini juga ya? Karena bayi telah lepas dari kasih sayang ibunya, dijadikan robot oleh kapitalisme mutakhir.
Jangan-jangan cyborg juga sudah berkembang biak lantaran hari ini kita tak peduli lagi pada tradisi, semua serba instan. Perguruan tinggi instan, rumah sakit instan, bupati walikota presiden. Juga dalam pikiran nakal bahwa penguasa langit dan bumi jangan-jangan juga dijadikan instan oleh hambaNya. salam
Malang,290512
sekedarnya saja
Label:
aqiqah,
budaya pop,
film,
gimmick,
global,
Indonesia,
jawa timur,
megatrust,
olahraga,
Opini,
patahan,
piala dunia 2022,
planet earth,
sambo,
siaran digital,
waktu senggang
Lokasi:
Malang, Indonesia
Senin, 07 Mei 2012
Islam dan Demokrasi (1)
Tulisan ini tidak mempunyai kehendak semacam gendang yang dipukul
bertalu-talu. Juga tidak membuat suasana hingar bingar yang sudah
diwakili masyarakat Indonesia kontemporer. Juga tidak hendak
memprovokasi agar perjuangan haruslah melalui jalan kekerasan melainkan
mari kita saling lempar wacana, bukan lempar handuk sembunyi badan. Hanya saja kemudian mencoba menyambung sebuah diskusi informal dengan
seorang kawan tentang relevansi demokrasi dan Islam. Pertanyaan mendasar
adalah kompatibelkah antara dua arus besar untuk bersatu jika keduanya
mengusung kecurigaan. Bahwa dibutuhkan penerimaan yang tulus dan sungguh
sungguh para pihak agar terbangun jembatan penghubung antar peradaban.
Jika peradaban dinasti yang berkuasa pasca khalifah disebut model ideal
tentang negara. Maka kita akan mundur ke belakang sejak sebelum Islam
diajarkan Oleh nabi Muhammad. Bahwa budaya patriarki adalah sebelum
kedatangan nabi sudah ada maka peradaban yang hendak dibangun oleh
kalangan pengusung daulah kedinastian bisa saja mendekati abad
kegelapan. Maka ada namanya jalan tengah, mungkin model ini diterapkan
oleh negara Turki saat sekarang. Sekalipun ide tentang sekularisasi
meluluhlantakkan peradaban Turki pasca perang dunia kedua, saat
sekarang pelan tapi pasti meminjam istilah Peter L Berger bahwa peran
agama diterima selaku benar adanya.
Maka runtuhlah ide sekularisasi yang diusung oleh peradaban Eropa
berikut sistem jelmaan manusia yang rakus.
Imperialisme,kapitalisme,liberalisme dan matinya komunis seiring dengan
semakin seksinya sosialis bertabur kue kapitalisme model Cina. Maka demokrasi tidak menyingkirkan peranan agama sama sekali bahkan
berkolaborasi membangun sebuah negara bangsa semacam Indonesia. Kita
temukan dalam mukadimah undang undang dasar 1945. Ideologi bangsa juga
bersumber atas kehendak atau campur tangan Tuhan yang maha esa.
Dari sini kita akan temukan bahwa model negara bangsa menemukan jalannya
ketika kita melihat diri sendiri sebagai sebuah bangsa Indonesia yang
utuh. Kita berdiri di atas berbagai kemajemukan, bhineka tungga ika.
Dan para pendiri bangsa paham betul bahwa peranan agama sangat relevan
dan kompatibel dengan negara bangsa. Maka demokrasi Pancasila
mengelaborasi peranan agama dalam sebuah negara bangsa Indonesia.
Selasa, 01 Mei 2012
Suatu Hari
Sebelumnya dari sebelumnya
Aku kau dan mereka
kami tak pernah sama
sampai suatu saat
ambil bola itu
atau kau akan terlindas
Kami berebut
giliran mereka menghadang
menggalang menang
diantara kami pecundang
padahal kami berjuang
salam ,
hari buruh internasional
malang 1 mei 2012
Aku kau dan mereka
kami tak pernah sama
sampai suatu saat
ambil bola itu
atau kau akan terlindas
Kami berebut
giliran mereka menghadang
menggalang menang
diantara kami pecundang
padahal kami berjuang
salam ,
hari buruh internasional
malang 1 mei 2012
Senin, 16 April 2012
Tentang Nama Tempat dan Kehadiran
Bisa dikatakan sebagaimana lazimnya,mungkin sejak kita masuk Taman
Kanak-kanak. Tempat dimana kita dipanggil sesuai nama dan nomor urut
absen. Kehadiran adalah semacam kewajiban jika kita patuh pada aturan
main. Akan menjadi lain jika hal tersebut diatas kita arahkan ke sebuah
ruang publik anonim. Ambil contoh terminal,jalan raya atau bandara.
Disini kehadiran kita diwakili oleh atribut,simbol atau emblem yang kita
kenakan.
Maka hal yang tak terbantahkan adalah jalinan komunikasi yang semrawut.
Kita tidak dikenali sebagai entitas individu seperti dalam sebuah
kelompok masyarakat atau dalam keluarga. Bahasa kerennya adalah anda
adalah apa yang anda kenakan. Maka yang terjadi adalah perebutan
frekuensi karena dibangun secara acak disebuah ruang publik anonim.
Inilah yang kemudian mendorong warga kota hanya mengenal entitas sebatas
yang intim.
Menjadi semakin lebih semrawut karena terjadi proses suaka secara tidak
sadar terhadap kekacauan. Menjadi nyentrik bahkan eksotik ketika kita
memanggil entitas ke dalam sebuah jurusan tertentu seperti layaknya
pedagang dipasar. Kode untuk mengenal semacam feromon siapa paling tajam
pembauannya atau instingnya maka pasar akan dikuasai.
Dari ruang privat ke ruang publik informasi ditukarkan secara acak maka
tangkapan frekuensi baik buruknya tergantung kepada antena. Dari sini
informasi diolah untuk kemudian disandikan balik secara acak. Sekali
lagi perebutan tak terelakkan sesuai dengan sifat ruang publik anonim
yang acak. Antena insting dan ketajaman adalah bahasa universal yang
mana bukti dilapangan akan menunjukkan siapa kita dalam balutan ruang
publik anonim. (Salam)
Langganan:
Postingan (Atom)
Ekosistem Dan Daya Tahan
Konon merk besar digarap disebuah garasi seperti Facebook kini menjelma menjadi metaverse Instagram WhatsApp dan Threads. Merk besar perusa...
-
Konon merk besar digarap disebuah garasi seperti Facebook kini menjelma menjadi metaverse Instagram WhatsApp dan Threads. Merk besar perusa...
-
Selamat hari lahir Pancasila bung Karno dan kota Jakarta. Bulan Juni begitu istimewa. Begitupun banyak tokoh lahir di bulan Juni berasa is...
-
Minggu yang lalu tepatnya tanggal 5 februari kami bersama rombongan berangkat menuju kota gudeg, kami berangkat dalam satu rombongan bus ...